Jumat, 27 Maret 2015

Nafsu tukang bohong Janda Pemilik Warung

 Nafsu tukang bohong Janda Pemilik Warung

 

Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), sisindiran DI bekerja Sebuah Perusahaan cukup terkenal DI Jawa Barat, DI Kota Yang Sebuah Sejuk, Dan saya tinggal (bebas) DI LPSE perkampungan Yang dekat dengan Cantor. Di LPSE tersebut terkenal dengan gadis cantik Yang-gadisnya & Manis. Sisindiran Dan teman teman kost-setiap Pulang Cantor selalu untuk menyempatkan diri cewek-cewek Yang menggoda sering lewat DI depan ongkosna mahal. Di Sebelah Kostku Ada Sebuah Warung kecil tapi Lengkap, Lengkap dalam artian untuk kebutuhan sehari-Hari dari Moulay sabun, sandal, gula, lombok, roti Permen, DSB ITU Ada semua. Sisindiran sudah langganan dengan Warung Sebelah. Kadang kalau tidak sedang membawa uang atau saat sisindiran sudah tidak belanja uangnya kurang sungkan-sungkan untuk Hutang. Warung Ibu Ita ITU Milik (tapi sisindiran memanggilnya si bibi Ita), seorang Yang satu janda Cerai beranak tahun ini Sukasari masuk TK nol Kecil. Warung si bibi Ita-pagi pagi buka sekitar jam Cianjur, Terus tutupnya juga jam sekitar malam sembilan. Warung ITU ditungguin oleh si bibi Ita sendiri Dan Yang keponakannya SMA, Krisna namanya. Seperti biasanya,
Cantor sisindiran mandi, Pakai sarung Terus sepulang sudah DI depan ngadeg ku TV, sambil ngobrol teman-teman kost bersama. Bawa sisindiran segelas kopi Hangat, ditambah sing Aeh goreng, Ada tapi Yang rasanya kurang ... apa ya ..? Oh ya rokok, tapi sisindiran setelah lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 Menit (malam), sisindiran jadi ragu, Warung apa Bibi Ita masih buka ya ...?, Ah ... sisindiran coba Kali Kali saja saja masih buka. Oh, ternyata Warung si bibi Ita belum tutup, tapi Kok sepi ... "mana Yang jualan" batinku. "Bibi ... Bibi ..., Dik ... Krishna, Krishna Dik" Lho Kok kosong, Warung ditinggal sepi seperti ini saja Kali lupa NUTUP Warung. Ah kucoba panggil sekali lagi, "permisi ... Bibi Ita?". "Oh ya ... tungguu" Ada suara dari dalam. Wah deh jadi beli rokok akhirnya. Yang keluar ternyata si bibi Ita, hanya menggunakan handuk dililitkan Yang DI Dadan, Jalan Ke tergesa- gesa Warung sambil mengucek- ngucek rambutnya Yang Sukasari kelihatannya selesai habis mandi juga Keramas.
"Oh ..., maaf bibi, Saya mau mengganggu nich ... Saya mo beli rokok Gudang Garam antar, Lho Dik Krisna mana? "Oh ..., Krisna sedang Dibawa ama ... kakeknya, Katanya kangen ama ... Rumasa, maaf ya Mas Otong si bibi pake 'kayak gini Pakaian ... Sukasari habis mandi sorangan." "Tidak apa-apa Kok bibi, sekilas Mataku Melihat badan Yang lain Yang tidak terbungkus handuk ... putih mulus, seperti masih gadis- gadis, Kali ini sisindiran Sukasari lihat sebagian besar Tubuh si bibi Ita, soalnya biasanya si bibi Ita selalu baju kebaya Pakai. Dan sisindiran Sukasari lagi dengan sadar hanya DI atas handuk Yang dililitkan dadanya berarti si bibi Ita tidak memakai bra. Pikiran kotorku Moulay kumat. Malam gini Kok belum tutup si bibi ..? "Iya Mas Otong, ini juga mau tutup bibi, tapi mo pake 'dulu Pakaian? "Oh biar Saya Bantu ya bibi, si bibi sementara berpakaian" kataku. Masuklah sisindiran Ke dalam Warung, lalu menutup Warung dengan rangkaian papan-papan. "Wah ngerepoti Mas Otong kata si bibi Ita ..., sini biar si bibi Ikut bantu juga". Warung sudah tertutup, kini sisindiran Pulang lewat Belakang saja. "Trimakasih Lho Mas Otong ...?". "Sama-sama ..." kataku.
"Bibi saya lewat Belakang saja". Sisindiran Dan si bibi siki Ita berpapasan DI Jalan Antara rak rak-Dagangan, badanku menubruk bibi, tanpa diduga handuk penutup Yang ujung handuk dilepit DI dadanya terlepas, Dan si bibi Ita terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Bibi Ita menjerit sambil Secara Ngeunteung memelukku. "Mas ... Otong, tolong ambil handuk Yang jatuh Terus lilitkan DI badan bibi," kata tante dengan muka merah padam. Sisindiran jongkok mengambil handuk tante Yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini DI depanku persis Ada Yang sangat Pemandangan Indah, celana dalam merah muda, latar hitam dengan rambut-rambut halus DI sekitar vaginanya Yang tercium harum. Kemudian sisindiran Cepat-Cepat Berdiri sambil membalut Tubuh tante dengan Yang handuk jatuh tadi. Tapi sisindiran mau Ketika melilitkan handuk tanpa kusadari burungku Yang sudah Bangun Sejak tadi menyentuh si bibi. "Mas ... Otong, burungnya Bangun ya ..?".
"Iya si bibi ... ah ... jadi malu Saya, Saya habis lihat si bibi seperti ini mana lagi harum, jadi nafsu Saya si bibi ...". "Ah tidak apa apa ITU Kok Mas Otong wajar ...". "Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah ...?". "Ah belum terpikir si bibi ...". "Yah ... kalau mo 'nikah Harus siap lahir Batin Lho ... jangan kaya' mantane suami si bibi ... tidak bertanggung Jawab kepada keluarga ... deukeut akibatnya Sekarang si bibi Harus bersetatus janda. Gini tidak jadi enaknya janda, malu ... Ada tapi Yang Lebih menyiksa Mas Otong ... Batin kebutuhan ... ". "Oh ya ... bibi, si bibi Terus gimana caranya memenuhi kebutuhan ITU ..." tanyaku Usil. "Yah ... Bibi tahan-tahan saja ..". Kasihan ... batinku ... andaikan ... andaikan ... sisindiran diijinkan biar memenuhi kebutuhan Batin si bibi Ita ..., ... ough, pikiranku Tambah Usil. Waktu ITU bentuk sarungku sudah berubah, AgAb kembung, rupanya si bibi juga memperhatikan. "Mas Otong burungnya masih Bangun ya ...?". Cuma sisindiran saja megangguk, Terus sangat DI luar dugaanku, tiba-tiba pun bibi Ita meraba burungku. "Wah besar juga burungmu, Mas ... Otong, burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom ...?".
"Belum ... !!" jawabku Bohong sambil Terus diraba naik turun, sisindiran Yang sudah Lama Moulay merasakan kenikmatan tidak pernah kurasakan. "Mas ... boleh dong si bibi ngeliatin burungmu bentarr saja ...?" Belum Sempat sisindiran menjawab, Bibi Ita sudah Menarik sarungku, Praktis tinggal celana dalamku Yang tertinggal ditambah Akarwangi oblong. "Oh ..., sampe 'keluar gini Mas ...?". "Iya emang kalau burungku lagi Bangun panjangnya suka melewati celana dalam, sisindiran sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku ...?" Kataku sambil Terus menikmati kocokan tangan si bibi Ita. "Wah ... Bibi yakin, Yang jadi nanti istri Mas Otong pasti bakal seneng dapet suami kaya mas Otong ..." kata si bibi sambil Terus mengocok burungku.
Oughh ... nikmat sekali dikocok tante dengan Yang tangannya halus kecil ITU putih. Sisindiran tanpa sadar Terus mendesah nikmat, tanpa sisindiran tahu, Bibi Ita sudah melepaskan lagi Yang handuk kulilitkan tadi, ITU sisindiran tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan Diantara buah Yang tidak dadanya terlalu ITU besar. "Ough ... Bibi ... nikmat si bibi ... ough ..." desahku sambil bersandar memegangi dinding rak Dagangan, Kali ini Ke si bibi memasukkan burungku bibirnya Yang kecil, buasnya dengan dia keluar- masukkan burungku DI mulutnya sambil sekali-Kali menyedot ... ough ..., seperti terbang rasanya. Kadang-Kadang juga dia Sedot habis buah Salak Yang ITU dua ... ough ... sesshh. Sisindiran Kaget, tiba-tiba pun bibi kegiatannya menghentikan, dia pegangi burungku sambil berjalan Ke meja Dagangan Yang Ke AgAb Sudut, Bibi Ita naik atas meja sambil tion ieu DI membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas DI depanku kini.
"Mas ... Otong, berbuatlah sesukamu ... cepet Mas ... cepet ...". Tanpa kabaya basi-lagi sisindiran tarik celana dalamnya selutut ... woow ... Pemandangan begini Indah, dengan heunceut Yang tidak bulu halus terlalu banyak. Sisindiran tidak jadi percaya kalau si bibi Ita punya wahangan sudah, sisindiran saja langsung mejilat vaginanya, harum, Dan Ada Yang lendir asin begitu banyak keluar dari vaginanya. Sisindiran lahap ragusa si bibi vagina, sisindiran DI mainkan lidahku clitorisnya, sesekali sisindiran masukkan lidahku Ke lubang vaginanya. "Ough Mas ... ough ..." desah si bibi sambil memegangi susunya sendiri. "Terus Mas ..., Maas ..." sisindiran Semakin keranjingan, terlebih lagi sisindiran waktu masukkan Ke dalam lidahku vaginanya, Ada Rasa Hangat Dan denyut-denyut kecil Semakin membuatku gila. Si bibi Kemudian Ita membalikkan badannya telentang DI atas meja dengan Kedua paha Ke atas ditekuk. "Pedes Mas Otong ... Bibi sudah tidak tahan ... mana burungmu Mas ... burungmu sudah pengin sarangnya Ke ... woww ..., Mas ... Otong,
Mang Koko Mas Otong kalau Bangun Ke atas dongak ya ...?". Sisindiran tidak hampir Dengar komentar si bibi Ita soal burungku, sisindiran Melihat Pemandangan demikian menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi Cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, sisindiran langsung tancapkan burungku dibibir vaginanya. "Aughh ..." teriak si bibi. "Kenapa si bibi ...?" Tanyaku Kaget. "Udahlah Mas ... teruskan ... teruskan ..." sisindiran masukkan kepala burungku DI vaginanya, sempit sekali. "Bibi ... sempit sekali si bibi.?". "Tidak apa-apa Mas ... Terus saja ... soalnya sudah Lama Bibi tidak ginian ... NTAR juga nikmat ...". Yah ... sisindiran paksakan sedikit Demi sedikit ... Sukasari dari Setengah burungku Amblàs ... Bibi Ita sudah seperti cacing kepanasan gelepar Ke Ke sana ameng. "Augh ..., Mas ... ouh ... ... Mas, Mas ... nikmat, Terus Mas ... oughh ..". Begitu sisindiran juga ... walaupun burungku masuk Ke vaginanya cuma Setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa ... nikmat sekali. Semakin Lama gerakanku Semakin Cepat. Kali ini sudah burungku Amblàs dimakan si bibi heunceut Ita. Keringat Moulay membasahi badanku Dan badan si bibi Ita. TIBA tiba si bibi terduduk sambil memelukku, mencakarku. "Oughh Mas ... ough ... luar biasa ... oughh ... Mas Otong ..." Katanya sambil Merem-melek. "Kayaknya ini Yang namanya orgasme ... ough ...
" burungku tetap DI si bibi heunceut Ita. "Mas Otong sudah mau keluar ya ..?". Sisindiran menggeleng. Si bibi Kemudian Ita telentang Kembali, seperti sisindiran kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, sisindiran Yang melirik susunya bergelantungan karena gerakanku, sisindiran Dan menunduk kucium putingnya Yang coklat kemerahan. Bibi Ita Semakin mendesah, "Ough ..., Mas ..." TIBA tiba si bibi Ita memelukku sedikit AgAb mencakar punggungku. "Oughh Mas ... sisindiran lagi keluar ..." kemudian dari kewanitaannya sisindiran Dan Rasakan Semakin Licin Semakin besar, tapi denyutannya Semakin Terasa, sisindiran dibuat terbang rasanya. Oh rasanya sisindiran sudah mau keluar, sambil Terus goyang kutanya si bibi Ita. "Bibi ... sisindiran keluarin Dimana si bibi ...?, DI dalam boleh nggak ..?". "Terrsseerraah ..." desah si bibi Ita. Ough ... sisindiran percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, Ada Yang akan sesuatu dimuntahkan oleh burungku. Akhirnya semua terasa Enteng, badanku serasa terbang, Ada Yang sangat luar biasa kenikmatan. Akhirnya spermaku sisindiran muntahkan dalam si bibi heunceut Ita, sisindiran masih gerakkan badanku rupanya Kali ini si bibi Ita orgasme Kembali, dia Gigit dadaku. "Mas ... Otong, Mas ... Otong, Kamu Mas hebat".
Sisindiran Kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Bibi Ita masih DI atas meja tetap telanjang telentang. "Mas Otong ... kalau mau beli lagi yah ... rokok, jam-jam saja begini ya ... deukeut kalau sudah tutup digedor saja ... tidak apa apa ... kalau tidak malah digedor si bibi jadi marah ..." kata si bibi menggodaku sambil memainkan puting Dan Yang masih clitorisnya Nampak bengkak. "Bibi ingin Mas Otong sering bantuin si bibi tutup Warung" kata si bibi sambil Tersenyum genit. Lalu sisindiran Pulang ... Sukasari Terasa lemas Sakali badanku, ITU tapi tidak sama sekali berarti dibandingkan Yang Sukasari kenikmatan kudapat. Keesokan harinya Ketika sisindiran hendak berangkat Ke Cantor, saat DI depan Warung si bibi Ita, sisindiran DI panggil si bibi. "Rokoknya sudah habis ... ya, beli lagi ya ... NTAR mum?" Katanya Penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak- banyaknya, tapi tidak tahu apa mereka Maksud perkataan si bibi Ita tadi, akupun pergi Ke Kantor dengan sejuta ingatan kejadian Kemarin malam.
Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku di bekerja Sebuah Perusahaan cukup terkenal di Jawa Barat, di kota yang Sebuah Sejuk, lan saya tinggal (free) daerah perkampungan yang dekat dengan penyanyi. Di daerah kasebut misuwur kanthi gadis cantik yang-gadisnya & manis. Aku dan teman teman kost-sembarang Pulang penyanyi selalu untuk menyempatkan diri cewek-cewek yang menggoda sering lewat di depan larang regane. Di Sebelah Kostku ada Sebuah warung kecil tapi Lengkap, Lengkap dalam Artian untuk kebutuhan sadina-dina dari Moulay sabun, sandal, Kuning, lombok, roti Permen, etc. itu ada semua. Aku wis langganan karo warung Sebelah. Kadang kalau ora sedang nggawa uang atau saat aku wis ora belanja uangnya kurang sungkan-sungkan untuk Hutang. Warung Ibu Ita itu Milik (tapi aku memanggilnya lik Ita), seorang yang satu janda Cerai Beranak tahun ini baru masuk TK nol Kecil. Warung lik Ita-pagi pagi buka watara jam lima,
Terus tutupnya juga jam sekitar malam sembilan. Warung itu ditungguin oleh lik Ita sendiri dan yang keponakannya SMA, Krisna namanya. Seperti biasané, penyanyi aku mandi, Pakai sarung Terus sepulang sudah di depan ngadeg dening TV, sambil ngobrol teman-teman kost bersama. Bawa aku Segelas kopi Hangat, plus sing kong goreng, ada tapi yang ditinggal kurang ... apa ya ..? Oh ya rokok, tapi aku sawisé ndeleng jam dinding wis nuduhaké jam 9 kurang 10 Menit (malam), aku jadi tembikar, warung apa lik Ita masih buka ya ...? Ah ... aku coba kali kali saja saja masih buka. Oh, ternyata warung lik Ita belum tutup, tapi kok sepi ... "mana yang jualan" batinku. "Lik ... Lik ..., Dik ... Krishna, Krishna Dik" lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini saja kali lupa Nutup warung. Ah kucoba panggil sekali lagi, "permisi ... lik Ita?". "Oh ya ... tungguu" Ada suara dari dalam. Wah deh jadi beli rokok akhirnya. Yang keluar ternyata lik Ita, mung nganggo handuk dililitkan yang di dada, jalan ke tergesa- gesa warung sambil mengucek- ngucek RAMBUTNYA yang baru kelihatannya selesai habis mandi juga Keramas. "Oh ... maaf lik, Saya mau mengganggu nich ...
Saya mo beli rokok Gudang Garam inter, lho Dik Krisna mana? "Oh ..., Krisna Sedang Dibawa ama ... kakeknya, Katanya kangen ama ... cucu maaf ya Mas Otong lik pake 'kayak gini Pakaian ... baru habis mandi dhewe." "Tidak apa-apa kok lik, sekilas Mataku Ganti badan yang lain yang ora dibungkus handuk ... putih mulus, kayata masih gadis- gadis, kali ini aku baru ndeleng sebagéyan gedhé Tubuh lik Ita, ngeri banget biasané lik Ita selalu baju kebaya Pakai. Dan aku baru lagi dengan sadar hanya di atas handuk yang dililitkan Dadanya berarti lik Ita ora nganggo kotang. Pikiran kotorku Moulay kumat. Malam gini kok durung tutup lik ..? "Iya Mas Otong, ini juga mau tutup lik, tapi mo pake 'dulu Pakaian? "Oh biar Saya Bantu ya lik, lik sementara berpakaian" kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu Menutup warung karo rangkaian papan-papan. "Wah ngerepoti Mas Otong kata lik Ita ..., sini biar lik Ikut bantu juga". Warung sudah tertutup, kini aku Pulang lewat Belakang saja. "Harga lho Mas Otong ...?". "Sama-sama ..." kataku. "Lik saya lewat Belakang saja".
Aku dan lik wiji Ita berpapasan di jalan antara rak rak-Dagangan, Same menubruk lik, tanpa luka handuk tutup yang ujung handuk dilepit di Dadanya terlepas, lan lik Ita ndek mung mengenakan celana dalam merah muda saja. Lik Ita menjerit sambil Secara Nggambarake memelukku. "Mas ... Otong, tolong email dong boss handuk yang jatuh Terus lilitkan di badan lik," kata tante dengan muka merah padam. Aku jong kok pasang handuk tante yang jatuh, saat tanganku pasang handuk, kini di depanku persis ada yang sangat Pemandangan indah, celana dalam merah muda, latar hitam dengan rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang tercium arum. Banjur aku Cepat-Cepat Berdiri sambil membalut Tubuh tante dengan yang handuk jatuh tadi. Tapi aku mau Ketika melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yang sudah Bangun Sejak tadi Gambar Kartun Kumpulan Animasi lik. "Mas ... Otong, burungnya Bangun ya ..?". "Iya lik ... ah ... jadi malu Saya, Saya habis ndeleng lik seperti ini mana lagi arum, jadi nafsu Saya lik ...". "Ah ora apa apa itu kok Mas Otong wajar ...". "Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah ...?".
"Ah durung terpikir lik ...". "Yah ... kalau mo 'nikah Harus siap lahir batin lho ... jangan kaya' mantane suami lik ... ora Pria marang keluarga ... close Akibatnya Sekarang lik Namun bersetatus janda. Gini ora jadi enaknya janda malu ... ada tapi yang Lebih menyiksa Mas Otong ... batin kebutuhan ... ". "Oh ya ... lik, lik Terus gimana caranya nyukupi kebutuhan itu ..." TaNyaku Usil. "Yah ... lik tahan-tahan saja ..". Kasihan ... batinku ... andaikan ... andaikan ... aku diijinkan biar nyukupi kebutuhan batin lik Ita ..., ... ough, pikiranku Tambah Usil. Waktu itu bentuk sarungku sudah diganti, AgAb kembung, Rupanya lik juga memperhatikan. "Mas Otong burungnya masih Bangun ya ...?".
Cuma aku saja megangguk, Terus sangat di luar bila, tiba-tiba lik Ita Meraba burungku. "Wow besar juga burungmu, Mas ... Otong, burungnya sudah tau ketemu sarangnya belom ...?". "Belum ... !!" jawabku Bohong sambil Terus diraba naik turun, aku yang sudah lama Moulay merasakan kenikmatan tidak pernah Kurasakan. "Mas ... boleh dong lik ngeliatin burungmu bentarr saja ...?" Belum Sempat aku menjawab, lik Ita sudah Menarik sarungku, Praktis tinggal celana dalamku yang Pekantua plus kaos oblong. "Oh ..., sampe 'keluar gini Mas ...?". "Iya emang kalau burungku lagi Bangun panjangnya suka ngliwati celana dalam, Aku sendiri ora tahu persis mana panjang burungku ...?"
Kataku sambil Terus peluklah kocokan tangan lik Ita. "Wah ... Lik yakin, yang jadi nanti istri Mas Otong pasti bakal seneng dapet suami kaya mas Otong ..." kata lik sambil Terus mengocok burungku. Oughh ... nikmat sekali dikocok tante dengan yang perut halus kecil itu putih. Aku tanpa sadar Terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, lik Ita sudah nguculaké lagi yang handuk kulilitkan tadi, iku aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan Diantara buah kang ora Dadanya terlalu itu besar. "Ough ... lik ... nikmat lik ... ough ..." desahku sambil Kekuatan memegangi dinding rak Dagangan, kali ini ke lik nglebokake burungku bibirnya yang kecil, buasnya dengan dia keluar- ketik burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot ... ough ..., kayata terbang ditinggal. Kadang-Kadang juga dia Sedot habis buah salak yang itu dua ... ough ... sesshh. Aku Kaget, tiba-tiba lik kegiatannya ngendhekaké, dia pegangi burungku sambil lumampah ke meja Dagangan yang ke AgAb Sudut, lik Ita naik atas meja sambil tion ana di membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini. "Mas ... Otong, berbuatlah sesukamu ... cepet Mas ... cepet ...".
Tanpa basa basi lagi aku tarik celana ugi selutut ... yang ... Pemandangan begini indah, kanthi tempek kang ora bulu halus terlalu banyak. Aku ora jadi percaya kalau lik Ita punya anak sudah, aku saja langsung mejilat vaginanya, arum, dan ada yang lendir asin begitu banyak keluar dari vaginanya. Aku Lahap ragusa lik tempek, aku di digunakan lidahku clitorisnya, Kangen Band aku ketik lidahku ke lubang vaginanya. "Ough Mas ... ough ..." desah lik sambil memegangi susunya sendiri. "Terus Mas ..., Meuse ..." aku Ampuni Dosaku keranjingan, disek lagi aku waktu ketik ke dalam lidahku vaginanya, ada rasa Hangat dan organ jablay.flv-organ jablay.flv kecil Ampuni Dosaku Membuatku gila. Lik banjur Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan Kedua paha ke atas ditekuk. "Ayo Mas Otong ... lik wis ora tahan ... mana burungmu Mas ... burungmu sudah pengin sarangnya ke ... lonely_ranger ..., Mas ... Otong, burung Mas Otong kalau Bangun ke atas dongak ya ...?". Aku ora meh Dengar komentar lik Ita soal burungku, aku Ganti Pemandangan mangkono menantang, tempek dengan sedikit rambut lembut, dibasahi Cairan harum asin mangkono ndek mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir vaginanya. "Aughh ..." teriak lik. "Kenapa lik ...?"
TaNyaku Kaget. "Udahlah Mas ... teruskan ... teruskan ..." aku ketik kepala burungku di vaginanya, sempit sekali. "Lik ... sempit sekali lik.?". "Tidak apa-apa Mas ... Terus saja ... ngeri banget sudah lama lik ora ginian ... ntar juga nikmat ...". Yah ... aku paksakan sedikit Demi sedikit ... baru dari Setengah burungku Amblàs ... lik Ita sudah kaya cacing kepanasan gelepar ke ke sana mari. "Augh ..., Mas ... ouh ... ... Mas, Mas ... nikmat, Terus Mas ... oughh ..". Begitu aku juga ... walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma Setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa ... nikmat sekali. Cari lama gerakanku Ampuni Dosaku Cepat. Kali ini sudah burungku Amblàs dim lik tempek Ita. Keringat Moulay membasahi Same dan badan lik Ita. Wnten tiba lik terduduk sambil memelukku, mencakarku. "Oughh Mas ... ough ... luar biasa ... oughh ... Mas Otong ..." Katanya sambil Tutur-melek. "Majuo ini yang namanya orgasme ... ough ..." burungku tetap di lik tempek Ita. "Mas Otong sudah mau keluar ya ..?". Aku menggeleng. Lik banjur Ita telentang Kembali,
kayata aku kesetanan menggerakkan Badaku maju mundur, aku yang NGUNGSI susunya bergelantungan karena gerakanku, aku dan menunduk kucium putingnya yang coklat kemerahan punainen. Lik Ita Ampuni Dosaku mendesah, "ough ..., Mas ..." wnten tiba lik Ita memelukku sedikit AgAb mencakar Belajar. "Oughh Mas ... aku lagi keluar ..." banjur dari kewanitaannya aku dan Rasakan Ampuni Dosaku Licin Ampuni Dosaku besar, tapi denyutannya Ampuni Dosaku Terasa, aku digawe terbang ditinggal. Oh ditinggal aku sudah mau keluar, sambil Terus goyang kutanya lik Ita. "Lik ... Aku keluarin Dimana lik ...?, Di dalam bisa nggak ..?". "Terrsseerraah ..." desah lik Ita. Ough ... aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada yang bakal sesuatu dimuntahkan oleh burungku. Akhirnya semua terasa Enteng, Same serasa terbang, ada yang sangat luar biasa kenikmatan. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam lik tempek Ita, aku masih Gerakkan Same Rupanya kali ini lik Ita orgasme Kembali, dia Gigit dadaku.
"Mas ... Otong, Mas ... Otong, Kamu Mas hebat". Aku Kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Lik Ita masih di atas meja tetap telanjang telentang. "Mas Otong ... kalau mau beli lagi yah ... rokok, senggol-senggol saja begini ya ... close kalau sudah tutup digedor saja ... ora apa apa ... kalau ora malah digedor lik jadi marah ..." kata lik menggodaku sambil memainkan puting dan yang masih clitorisnya Nampak bengkak. "Lik ingin Mas Otong sering Bantuin lik tutup warung" kata lik sambil Karna genit. Lalu aku Pulang ... baru Terasa Sulit Sakali Same, itu tapi ora sama sekali berarti dibandhingaké yang baru kenikmatan kudapat. Keesokan Wengine Ketika aku Istirahat Di datang ke penyanyi, saat di depan warung lik Ita, aku di panggil lik. "Rokoknya sudah habis ... ya, beli lagi ya ... ntar mbok?" Katanya Penuh Pengharapan, padahal pembeli sedang banyak- kathahipun, tapi ora tahu apa dane Maksud perkataan lik Ita tadi, akupun pergi ke Kantor dengan ratna ingatan kejadian lalu malam.

Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku di bekerja Sebuah Perusahaan cukup terkenal di Jawa Barat, di kota yang Sebuah Sejuk, dan saya tinggal (free) di daerah perkampungan yang dekat dengan cantor. Di daerah tersebut terkenal dengan gadis cantik yang-gadisnya & manis. Aku dan teman teman kost-setiap Pulang cantor selalu untuk menyempatkan diri cewek-cewek yang menggoda sering lewat di depan costly.

Di Sebelah Kostku ada Sebuah warung kecil tapi Lengkap, Lengkap dalam artian untuk kebutuhan sehari-hari dari Moulay sabun, sandal, gula, lombok, roti Permen, dsb itu ada semua. Aku sudah langganan dengan warung Sebelah. Kadang kalau tidak sedang membawa uang atau saat aku sudah tidak belanja uangnya kurang sungkan-sungkan untuk Hutang. Warung Ibu Ita itu Milik (tapi aku memanggilnya aunt Ita), seorang yang satu janda Cerai beranak tahun ini baru masuk TK nol Kecil. Warung aunt Ita-pagi pagi buka sekitar jam lima, Terus tutupnya juga sekitar jam sembilan malam. Warung itu ditungguin oleh aunt Ita sendiri dan yang keponakannya SMA, Krisna namanya. Seperti biasanya, cantor aku mandi, Pakai sarung Terus sepulang sudah di depan stand by TV, sambil ngobrol teman-teman kost bersama. Bawa aku segelas kopi Hangat, plus sing kong goreng, tapi ada yang rasanya kurang ... apa ya ..? Oh ya rokok, tapi aku setelah lihat jam dinding sudah menunjukkan jam 9 kurang 10 Menit (malam), aku jadi ragu, apa warung Aunt Ita masih buka ya ... ?,
Ah ... aku coba kali kali saja saja masih buka. Oh, ternyata warung aunt Ita belum tutup, tapi kok sepi ... "mana yang jualan" batinku. "Aunt ... Aunt ..., Dik ... Krishna, Krishna Dik" lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini saja kali lupa NUTUP warung. Ah kucoba panggil sekali lagi, "permisi ... Aunt Ita?". "Oh ya ... tungguu" Ada suara dari dalam. Wah deh jadi beli rokok akhirnya. Yang keluar ternyata aunt Ita, hanya menggunakan handuk dililitkan yang di dada, jalan ke tergesa- gesa warung sambil mengucek- ngucek rambutnya yang baru kelihatannya selesai mandi juga habis Keramas. "Oh ..., maaf aunt, Saya mau mengganggu nich ... Saya mo beli rokok Gudang Garam inter, lho Dik Krisna mana? "Oh ..., Krisna sedang Dibawa ama ... kakeknya, Katanya kangen ama ... cucu, maaf ya Mas Otong aunt pake 'Pakaian kayak gini ... baru habis mandi itself." "Tidak apa-apa kok aunt, sekilas Mataku Melihat badan yang lain yang tidak terbungkus handuk ... putih mulus, seperti masih gadis- gadis, kali ini aku baru lihat sebagian besar Tubuh aunt Ita, soalnya biasanya aunt Ita selalu baju kebaya Pakai. Dan aku baru lagi dengan sadar hanya di atas handuk yang dililitkan dadanya berarti aunt Ita tidak memakai bra. Pikiran kotorku Moulay kumat. Malam gini kok belum tutup aunt ..? "Iya Mas Otong, ini juga mau tutup aunt, tapi mo pake 'Pakaian dulu? "Oh biar Saya Bantu ya aunt, aunt sementara berpakaian" kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu menutup warung dengan rangkaian papan-papan. "Wah ngerepoti Mas Otong kata aunt Ita ..., sini biar aunt Ikut bantu juga".
Warung sudah tertutup, kini aku Pulang lewat Belakang saja. "Trimakasih lho Mas Otong ...?". "Sama-sama ..." kataku. "Aunt saya lewat Belakang saja". Aku dan seed aunt Ita berpapasan di jalan antara rak rak-Dagangan, badanku menubruk aunt, tanpa diduga handuk penutup yang ujung handuk dilepit di dadanya terlepas, dan aunt Ita terlihat hanya mengenakan celana dalam merah muda saja. Aunt Ita menjerit sambil Secara Reflect memelukku. "Mas ... Otong, tolong ambil handuk yang jatuh Terus lilitkan di badan aunt," kata tante dengan muka merah padam. Aku jongkok mengambil handuk tante yang jatuh, saat tanganku mengambil handuk, kini di depanku persis ada yang sangat Pemandangan indah, celana dalam merah muda, background hitam dengan rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang tercium harum. Kemudian aku Cepat-Cepat Berdiri sambil membalut Tubuh tante dengan yang handuk jatuh tadi. Tapi aku mau Ketika melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yang sudah Bangun Sejak tadi menyentuh aunt.
"Mas ... Otong, burungnya Bangun ya ..?". "Iya aunt ... ah ... jadi malu Saya, Saya habis lihat aunt seperti ini mana lagi harum, jadi nafsu Saya aunt ...". "Ah tidak apa apa itu kok Mas Otong wajar ...". "Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah ...?". "Ah belum terpikir aunt ...". "Yah ... kalau mo 'nikah Harus siap lahir batin lho ... jangan kaya' mantane suami aunt ... tidak bertanggung Jawab kepada keluarga ... close akibatnya Sekarang aunt Harus bersetatus janda. Gini tidak jadi enaknya janda, malu ... tapi ada yang Lebih menyiksa Mas Otong ... kebutuhan batin ... ". "Oh ya ... aunt, aunt Terus gimana caranya memenuhi kebutuhan itu ..." tanyaku Usil. "Yah ... Aunt tahan-tahan saja ..". Kasihan ... batinku ... andaikan ... andaikan ... aku diijinkan biar memenuhi kebutuhan batin aunt Ita ..., ... ough, pikiranku Tambah Usil. Waktu itu bentuk sarungku sudah berubah, AgAb kembung, rupanya aunt juga memperhatikan. "Mas Otong burungnya masih Bangun ya ...?". Cuma aku saja megangguk, Terus sangat di luar dugaanku, tiba-tiba aunt Ita meraba burungku. "Wow besar juga burungmu, Mas ... Otong, burungnya sudah pernah ketemu sarangnya belom ...?". "Belum ... !!"
jawabku Bohong sambil Terus diraba naik turun, aku yang sudah lama Moulay merasakan kenikmatan tidak pernah kurasakan. "Mas ... boleh dong aunt ngeliatin burungmu bentarr saja ...?" Belum Sempat aku menjawab, Aunt Ita sudah Menarik sarungku, Praktis tinggal celana dalamku yang tertinggal plus kaos oblong. "Oh ..., sampe 'keluar gini Mas ...?". "Iya emang kalau burungku lagi Bangun panjangnya suka melewati celana dalam, Aku sendiri tidak tahu persis berapa panjang burungku ...?" Kataku sambil Terus menikmati kocokan tangan aunt Ita. "Wah ... Aunt yakin, yang jadi nanti istri Mas Otong pasti bakal seneng dapet suami kaya mas Otong ..." kata aunt sambil Terus mengocok burungku. Oughh ... nikmat sekali dikocok tante dengan yang tangannya halus kecil itu putih. Aku tanpa sadar Terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, Aunt Ita sudah melepaskan lagi yang handuk kulilitkan tadi, itu aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan Diantara buah yang tidak dadanya terlalu besar itu. "Ough ...
Aunt ... nikmat aunt ... ough ..." desahku sambil bersandar memegangi dinding rak Dagangan, kali ini ke aunt memasukkan burungku bibirnya yang kecil, buasnya dengan dia keluar- masukkan burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot ... ough ..., seperti terbang rasanya. Kadang-Kadang juga dia Sedot habis buah salak yang itu dua ... ough ... sesshh. Aku Kaget, tiba-tiba aunt menghentikan kegiatannya, dia pegangi burungku sambil berjalan ke meja Dagangan yang ke AgAb Sudut, Aunt Ita naik atas meja sambil tion was di membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini. "Mas ... Otong, berbuatlah sesukamu ... cepet Mas ... cepet ...". Tanpa basa basi-lagi aku tarik celana dalamnya selutut ... woow ... Pemandangan begini indah, vagina dengan yang tidak bulu halus terlalu banyak. Aku tidak jadi percaya kalau aunt Ita punya anak sudah, aku saja langsung mejilat vaginanya, harum, dan ada yang lendir asin begitu banyak keluar dari vaginanya. Aku lahap ragusa vagina aunt, aku di mainkan lidahku clitorisnya, sesekali aku masukkan lidahku ke lubang vaginanya. "Ough Mas ... ough ..." desah aunt sambil memegangi susunya sendiri.
"Terus Mas ..., Maas ..." aku Semakin keranjingan, terlebih lagi aku waktu masukkan ke dalam lidahku vaginanya, ada rasa Hangat dan denyut-denyut kecil Semakin membuatku gila. Kemudian aunt Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan Kedua paha ke atas ditekuk. "Ayo Mas Otong ... Aunt sudah tidak tahan ... mana burungmu Mas ... burungmu sudah pengin sarangnya ke ... woww ..., Mas ... Otong, burung Mas Otong kalau Bangun ke atas dongak ya ...?". Aku tidak hampir Dengar komentar aunt Ita soal burungku, aku Melihat Pemandangan demikian menantang, vagina dengan sedikit rambut lembut, dibasahi Cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir vaginanya. "Aughh ..." teriak aunt. "
Kenapa aunt ...?" Tanyaku Kaget. "Udahlah Mas ... teruskan ... teruskan ..." aku masukkan kepala burungku di vaginanya, sempit sekali. "Aunt ... sempit sekali aunt.?". "Tidak apa-apa Mas ... Terus saja ... soalnya sudah lama Aunt tidak ginian ... NTAR juga nikmat ...". Yah ... aku paksakan sedikit demi sedikit ... baru dari Setengah burungku Amblàs ... Aunt Ita sudah seperti cacing kepanasan gelepar ke ke sana mari. "Augh ..., Mas ... ouh ... ... Mas, Mas ... nikmat, Terus Mas ... oughh ..". Begitu aku juga ... walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma Setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa ... nikmat sekali. Semakin lama gerakanku Semakin Cepat. Kali ini sudah burungku Amblàs dimakan vagina aunt Ita. Keringat Moulay membasahi badanku dan badan aunt Ita. TIBA tiba aunt terduduk sambil memelukku, mencakarku.
"Oughh Mas ... ough ... luar biasa ... oughh ... Mas Otong ..." Katanya sambil Merem-melek. "Kayaknya ini yang namanya orgasme ... ough ..." burungku tetap di vagina aunt Ita. "Mas Otong sudah mau keluar ya ..?". Aku menggeleng. Kemudian aunt Ita telentang Kembali, seperti aku kesetanan menggerakkan badaku maju mundur, aku yang melirik susunya bergelantungan karena gerakanku, aku dan menunduk kucium putingnya yang coklat kemerahan. Aunt Ita Semakin mendesah, "Ough ..., Mas ..." TIBA tiba aunt Ita memelukku sedikit AgAb mencakar punggungku. "Oughh Mas ... aku lagi keluar ..." kemudian dari kewanitaannya aku dan Rasakan Semakin Licin Semakin besar, tapi denyutannya Semakin Terasa, aku dibuat terbang rasanya. Oh rasanya aku sudah mau keluar, sambil Terus goyang kutanya aunt Ita. "Aunt ... Aku keluarin Dimana aunt ... ?, di dalam boleh nggak ..?". "Terrsseerraah ..." desah aunt Ita. Ough ... aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada yang akan sesuatu dimuntahkan oleh burungku.
Akhirnya semua terasa Enteng, badanku serasa terbang, ada yang sangat luar biasa kenikmatan. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam vagina aunt Ita, aku masih gerakkan badanku rupanya kali ini aunt Ita orgasme Kembali, dia Gigit dadaku. "Mas ... Otong, Mas ... Otong, Kamu Mas hebat". Aku Kembali kenakan celana dalam serta sarungku. Aunt Ita masih di atas meja tetap telanjang telentang. "Mas Otong ... kalau mau beli lagi yah ... rokok, jam-jam saja begini ya ... close kalau sudah tutup digedor saja ... tidak apa apa ... kalau tidak malah digedor aunt jadi marah ..." kata aunt menggodaku sambil memainkan puting dan yang masih clitorisnya Nampak bengkak. "Aunt ingin Mas Otong sering bantuin aunt tutup warung" kata aunt sambil Tersenyum genit. Lalu aku Pulang ... baru Terasa lemas Sakali badanku, itu tapi tidak sama sekali berarti dibandingkan yang baru kenikmatan kudapat. Keesokan harinya Ketika aku hendak berangkat ke cantor, saat di depan warung aunt Ita, aku di panggil aunt. "Rokoknya sudah habis ... ya, beli lagi ya ... NTAR mum?" Katanya Penuh pengharapan, padahal pembeli sedang banyak- banyaknya, tapi tidak tahu apa mereka Maksud perkataan aunt Ita tadi, akupun pergi ke Kantor dengan sejuta ingatan kejadian Kemarin malam.
Namaku Otong (bukan nama sebenarnya), aku di bekerja Sebuah Perusahaan cukup terkenal di Jawa Barat, di kota yang Sebuah Sejuk, lan saya tinggal (free) daerah perkampungan yang dekat dengan penyanyi. Di daerah kasebut misuwur kanthi gadis cantik yang-gadisnya & manis. Aku dan teman teman kost-sembarang Pulang penyanyi selalu untuk menyempatkan diri cewek-cewek yang menggoda sering lewat di depan larang regane. Di Sebelah Kostku ada Sebuah warung kecil tapi Lengkap, Lengkap dalam Artian untuk kebutuhan sadina-dina dari Moulay sabun, sandal, Kuning, lombok, roti Permen, etc. itu ada semua. Aku wis langganan karo warung Sebelah. Kadang kalau ora sedang nggawa uang atau saat aku wis ora belanja uangnya kurang sungkan-sungkan untuk Hutang.
Warung Ibu Ita itu Milik (tapi aku memanggilnya lik Ita), seorang yang satu janda Cerai Beranak tahun ini baru masuk TK nol Kecil. Warung lik Ita-pagi pagi buka watara jam lima, Terus tutupnya juga jam sekitar malam sembilan. Warung itu ditungguin oleh lik Ita sendiri dan yang keponakannya SMA, Krisna namanya. Seperti biasané, penyanyi aku mandi, Pakai sarung Terus sepulang sudah di depan ngadeg dening TV, sambil ngobrol teman-teman kost bersama. Bawa aku Segelas kopi Hangat, plus sing kong goreng, ada tapi yang ditinggal kurang ... apa ya ..? Oh ya rokok, tapi aku sawisé ndeleng jam dinding wis nuduhaké jam 9 kurang 10 Menit (malam), aku jadi tembikar, warung apa lik Ita masih buka ya ...?
Ah ... aku coba kali kali saja saja masih buka. Oh, ternyata warung lik Ita belum tutup, tapi kok sepi ... "mana yang jualan" batinku. "Lik ... Lik ..., Dik ... Krishna, Krishna Dik" lho kok kosong, warung ditinggal sepi seperti ini saja kali lupa Nutup warung. Ah kucoba panggil sekali lagi, "permisi ... lik Ita?". "Oh ya ... tungguu" Ada suara dari dalam. Wah deh jadi beli rokok akhirnya. Yang keluar ternyata lik Ita, mung nganggo handuk dililitkan yang di dada, jalan ke tergesa- gesa warung sambil mengucek- ngucek RAMBUTNYA yang baru kelihatannya selesai habis mandi juga Keramas. "Oh ... maaf lik, Saya mau mengganggu nich ... Saya mo beli rokok Gudang Garam inter, lho Dik Krisna mana? "Oh ..., Krisna Sedang Dibawa ama ... kakeknya, Katanya kangen ama ... cucu maaf ya Mas Otong lik pake 'kayak gini Pakaian ... baru habis mandi dhewe." "Tidak apa-apa kok lik, sekilas Mataku Ganti badan yang lain yang ora dibungkus handuk ... putih mulus,
kayata masih gadis- gadis, kali ini aku baru ndeleng sebagéyan gedhé Tubuh lik Ita, ngeri banget biasané lik Ita selalu baju kebaya Pakai. Dan aku baru lagi dengan sadar hanya di atas handuk yang dililitkan Dadanya berarti lik Ita ora nganggo kotang. Pikiran kotorku Moulay kumat. Malam gini kok durung tutup lik ..? "Iya Mas Otong, ini juga mau tutup lik, tapi mo pake 'dulu Pakaian? "Oh biar Saya Bantu ya lik, lik sementara berpakaian" kataku. Masuklah aku ke dalam warung, lalu Menutup warung karo rangkaian papan-papan. "Wah ngerepoti Mas Otong kata lik Ita ..., sini biar lik Ikut bantu juga". Warung sudah tertutup, kini aku Pulang lewat Belakang saja. "Harga lho Mas Otong ...?". "Sama-sama ..." kataku. "Lik saya lewat Belakang saja". Aku dan lik wiji Ita berpapasan di jalan antara rak rak-Dagangan, Same menubruk lik, tanpa luka handuk tutup yang ujung handuk dilepit di Dadanya terlepas, lan lik Ita ndek mung mengenakan celana dalam merah muda saja. Lik Ita menjerit sambil Secara Nggambarake memelukku.
"Mas ... Otong, tolong email dong boss handuk yang jatuh Terus lilitkan di badan lik," kata tante dengan muka merah padam. Aku jong kok pasang handuk tante yang jatuh, saat tanganku pasang handuk, kini di depanku persis ada yang sangat Pemandangan indah, celana dalam merah muda, latar hitam dengan rambut-rambut halus di sekitar vaginanya yang tercium arum. Banjur aku Cepat-Cepat Berdiri sambil membalut Tubuh tante dengan yang handuk jatuh tadi. Tapi aku mau Ketika melilitkan handuk tanpa kusadari burungku yang sudah Bangun Sejak tadi Gambar Kartun Kumpulan Animasi lik. "Mas ... Otong, burungnya Bangun ya ..?". "Iya lik ... ah ... jadi malu Saya, Saya habis ndeleng lik seperti ini mana lagi arum, jadi nafsu Saya lik ...". "Ah ora apa apa itu kok Mas Otong wajar ...". "Eh ngomong-ngomong Mas Otong kapan mo nikah ...?". "Ah durung terpikir lik ...". "Yah ... kalau mo 'nikah Harus siap lahir batin lho ... jangan kaya' mantane suami lik ... ora Pria marang keluarga ... close Akibatnya Sekarang lik Namun bersetatus janda.
Gini ora jadi enaknya janda malu ... ada tapi yang Lebih menyiksa Mas Otong ... batin kebutuhan ... ". "Oh ya ... lik, lik Terus gimana caranya nyukupi kebutuhan itu ..." TaNyaku Usil. "Yah ... lik tahan-tahan saja ..". Kasihan ... batinku ... andaikan ... andaikan ... aku diijinkan biar nyukupi kebutuhan batin lik Ita ..., ... ough, pikiranku Tambah Usil. Waktu itu bentuk sarungku sudah diganti, AgAb kembung, Rupanya lik juga memperhatikan. "Mas Otong burungnya masih Bangun ya ...?". Cuma aku saja megangguk, Terus sangat di luar bila, tiba-tiba lik Ita Meraba burungku. "Wow besar juga burungmu, Mas ... Otong, burungnya sudah tau ketemu sarangnya belom ...?". "Belum ... !!" jawabku Bohong sambil Terus diraba naik turun, aku yang sudah lama Moulay merasakan kenikmatan tidak pernah Kurasakan. "Mas ... boleh dong lik ngeliatin burungmu bentarr saja ...?" Belum Sempat aku menjawab, lik Ita sudah Menarik sarungku, Praktis tinggal celana dalamku yang Pekantua plus kaos oblong. "Oh ..., sampe 'keluar gini Mas ...?". "Iya emang kalau burungku lagi Bangun panjangnya suka ngliwati celana dalam, Aku sendiri ora tahu persis mana panjang burungku ...?"
Kataku sambil Terus peluklah kocokan tangan lik Ita. "Wah ... Lik yakin, yang jadi nanti istri Mas Otong pasti bakal seneng dapet suami kaya mas Otong ..." kata lik sambil Terus mengocok burungku. Oughh ... nikmat sekali dikocok tante dengan yang perut halus kecil itu putih. Aku tanpa sadar Terus mendesah nikmat, tanpa aku tahu, lik Ita sudah nguculaké lagi yang handuk kulilitkan tadi, iku aku tahu karena burungku ternyata sudah digosok-gosokan Diantara buah kang ora Dadanya terlalu itu besar. "Ough ... lik ... nikmat lik ... ough ..." desahku sambil Kekuatan memegangi dinding rak Dagangan, kali ini ke lik nglebokake burungku bibirnya yang kecil, buasnya dengan dia keluar- ketik burungku di mulutnya sambil sekali-kali menyedot ... ough ..., kayata terbang ditinggal. Kadang-Kadang juga dia Sedot habis buah salak yang itu dua ... ough ... sesshh.
Aku Kaget, tiba-tiba lik kegiatannya ngendhekaké, dia pegangi burungku sambil lumampah ke meja Dagangan yang ke AgAb Sudut, lik Ita naik atas meja sambil tion ana di membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku kini. "Mas ... Otong, berbuatlah sesukamu ... cepet Mas ... cepet ...". Tanpa basa basi lagi aku tarik celana ugi selutut ... yang ... Pemandangan begini indah, kanthi tempek kang ora bulu halus terlalu banyak. Aku ora jadi percaya kalau lik Ita punya anak sudah, aku saja langsung mejilat vaginanya, arum, dan ada yang lendir asin begitu banyak keluar dari vaginanya. Aku Lahap ragusa lik tempek, aku di digunakan lidahku clitorisnya, Kangen Band aku ketik lidahku ke lubang vaginanya.
"Ough Mas ... ough ..." desah lik sambil memegangi susunya sendiri. "Terus Mas ..., Meuse ..." aku Ampuni Dosaku keranjingan, disek lagi aku waktu ketik ke dalam lidahku vaginanya, ada rasa Hangat dan organ jablay.flv-organ jablay.flv kecil Ampuni Dosaku Membuatku gila. Lik banjur Ita membalikkan badannya telentang di atas meja dengan Kedua paha ke atas ditekuk. "Ayo Mas Otong ... lik wis ora tahan ... mana burungmu Mas ... burungmu sudah pengin sarangnya ke ... lonely_ranger ..., Mas ... Otong, burung Mas Otong kalau Bangun ke atas dongak ya ...?". Aku ora meh Dengar komentar lik Ita soal burungku, aku Ganti Pemandangan mangkono menantang, tempek dengan sedikit rambut lembut, dibasahi Cairan harum asin mangkono ndek mengkilat, aku langsung tancapkan burungku dibibir vaginanya. "Aughh ..." teriak lik. "Kenapa lik ...?"
TaNyaku Kaget. "Udahlah Mas ... teruskan ... teruskan ..." aku ketik kepala burungku di vaginanya, sempit sekali. "Lik ... sempit sekali lik.?". "Tidak apa-apa Mas ... Terus saja ... ngeri banget sudah lama lik ora ginian ... ntar juga nikmat ...". Yah ... aku paksakan sedikit Demi sedikit ... baru dari Setengah burungku Amblàs ... lik Ita sudah kaya cacing kepanasan gelepar ke ke sana mari. "Augh ..., Mas ... ouh ... ... Mas, Mas ... nikmat, Terus Mas ... oughh ..". Begitu aku juga ... walaupun burungku masuk ke vaginanya cuma Setengah, tapi sedotannya oughh luar biasa ... nikmat sekali. Cari lama gerakanku Ampuni Dosaku Cepat. Kali ini sudah burungku Amblàs dim lik tempek Ita. Keringat Moulay membasahi Same dan badan lik Ita.
Wnten tiba lik terduduk sambil memelukku, mencakarku. "Oughh Mas ... ough ... luar biasa ... oughh ... Mas Otong ..." Katanya sambil Tutur-melek. "Majuo ini yang namanya orgasme ... ough ..." burungku tetap di lik tempek Ita. "Mas Otong sudah mau keluar ya ..?". Aku menggeleng. Lik banjur Ita telentang Kembali, kayata aku kesetanan menggerakkan Badaku maju mundur, aku yang NGUNGSI susunya bergelantungan karena gerakanku, aku dan menunduk kucium putingnya yang coklat kemerahan punainen. Lik Ita Ampuni Dosaku mendesah, "ough ..., Mas ..." wnten tiba lik Ita memelukku sedikit AgAb mencakar Belajar.
"Oughh Mas ... aku lagi keluar ..." banjur dari kewanitaannya aku dan Rasakan Ampuni Dosaku Licin Ampuni Dosaku besar, tapi denyutannya Ampuni Dosaku Terasa, aku digawe terbang ditinggal. Oh ditinggal aku sudah mau keluar, sambil Terus goyang kutanya lik Ita. "Lik ... Aku keluarin Dimana lik ...?, Di dalam bisa nggak ..?". "Terrsseerraah ..." desah lik Ita. Ough ... aku percepat gerakanku, burungku berdenyut keras, ada yang bakal sesuatu dimuntahkan oleh burungku. Akhirnya semua terasa Enteng, Same serasa terbang, ada yang sangat luar biasa kenikmatan. Akhirnya spermaku aku muntahkan dalam lik tempek Ita, aku masih Gerakkan Same Rupanya kali ini lik Ita orgasme Kembali, dia Gigit dadaku. "Mas ... Otong, Mas ... Otong, Kamu Mas hebat". Aku Kembali kenakan celana dalam serta sarungku.
Lik Ita masih di atas meja tetap telanjang telentang. "Mas Otong ... kalau mau beli lagi yah ... rokok, senggol-senggol saja begini ya ... close kalau sudah tutup digedor saja ... ora apa apa ... kalau ora malah digedor lik jadi marah ..." kata lik menggodaku sambil memainkan puting dan yang masih clitorisnya Nampak bengkak. "Lik ingin Mas Otong sering Bantuin lik tutup warung" kata lik sambil Karna genit. Lalu aku Pulang ... baru Terasa Sulit Sakali Same, itu tapi ora sama sekali berarti dibandhingaké yang baru kenikmatan kudapat. Keesokan Wengine Ketika aku Istirahat Di datang ke penyanyi, saat di depan warung lik Ita, aku di panggil lik. "Rokoknya sudah habis ... ya, beli lagi ya ... ntar mbok?" Katanya Penuh Pengharapan, padahal pembeli sedang banyak- kathahipun, tapi ora tahu apa dane Maksud perkataan lik Ita tadi, akupun pergi ke Kantor dengan ratna ingatan kejadian lalu malam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar